1. Aliran Psikoanalisis
Salah
satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund
Freud (1856 – 1939). Nama asli Freud adalah Sigismund Scholomo. Namun
sejak menjadi mahasiswa Freud tidak mau menggunakan nama itu karena kata
Sigismund adalah bentukan kata Sigmund. Freud lahir pada 6 Mei 1856 di
Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia merupakan bagian dari kekaisaran
Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada usia empat tahun Freud dibawa
hijrah ke Wina, Austria (Berry, 2001:3). Kedatangan Freud berbarengan dengan ramainya
teori The Origin of Species karya Charles Darwin (Hall, 2000:1).
Psikoanalisis
bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran
dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat
menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot,
neurolog Perancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan
histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak
itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Penyelidikan-penyelidikan
yang dilakukannya yang membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia :
id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
Freud
menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia,
antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang
tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi
keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka
keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.
Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa
kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar
(unconscious). Dalam teori psikoanalisa, kepribadian
dipandang sebagai stuktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yaitu id,
ego, dan superego (Supratiknya, 1993: 32).
Ketiga unsur atau sistem tersebut adalah sebagai berikut
:
a.
Id,
adalah sistem
kepribadian yang paling dasar, sistem yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai
penyedia atau atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut
untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.
b.
Ego, adalah sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan,
dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Apabila dikaitkan
dengan contoh orang yang sedang lapar, maka bisa diterapkan bahwa ego bertindak
sebagai penunjuk atau pengarah kepada orang yang sedang lapar ini kepada
makanan.
c.
Superego (istilah Freud: das Ueberich)
adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud, superego terbentuk
melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah
figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti
orang tua dan guru (Supratiknya, 1993: 35).
Adapun
fungsi utama dari superego adalah sebagai berikut :
1) Sebagai
pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls
tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
2) Mengarahkan
ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan.
3) Mendorong
individu kepada kesempurnaan.
Pada
masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh
Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari
pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan
mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).
Sedangkan
ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang
dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah
dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi
ingin menabung misalnya). Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul
sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan
(menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di kantor
misalnya).
Proses
pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan proses
kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual
quotient).
2.
Aliran Behaviorisme
Behaviorisme
adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada
tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal
psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh,
serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi
terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan
laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam
bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme
secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi
dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam
elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme
sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa
dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Behaviorisme
ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur,
dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik
akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada
pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari
kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti
sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh
kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Fungsionalisme
Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama
behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis
disertasinya di University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan
diri lebih proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan
pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan child psychology
adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan
kritik tajam pada fungsionalisme.
a. Prinsip dasar behaviorisme :
1)
Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa
atau mental yang abstrak.
2)
Aspek
mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem
untuk sciene, harus dihindari.
3)
Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek
yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4)
Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
5)
Aliran
behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik
dalam perkembangan ilmu psikologi.
6)
Banyak
ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua
periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Terhadap
aliran behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan pada pengingkaran terhadap
potensi alami yang dimiliki manusia. Bahkan menurut pandangan ini, manusia
tidak memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan
tingkah lakunya sendiri.
3.
Aliran Humanistik
Teori ini
merupakan teori yang mempunyai pandangan bahwa manusia itu merupakan satu
kesatuan yang utuh dalam hal ini manusia memiliki suatu sikap aktif dan punya
tujuan didalam kehidupannya dan memiliki harga diri jadi dalam teori ini
manusia dipandang dalam pola kehidupannya tidak berdasarkan stimulus dan
ketidaksadarannya.
Tokoh yang berpandangan dalam teori
ini adalah :
a.
Abraham
H maslow
Maslow merupakan anak imigran Rusia
yang lahir di Brooklyn, pada awalnya dia yang mengawali penelitiannya sebagai
mahasiswa Ph.D di universitas Wisconsin dengan menggunakan teori-teori waston
dan mengawali penelitiannya dengan menemukan persamaan antara kera dan manusia,
namun dikarenakan banyak beberapa kejadian salah satunya dalam perang Pearl
Harbor maka dia menerapkan pandangannya kedalam teori humanistik.
Dalam pandangannya Maslow memandang
jiwa yang sehat merupakan dia yang bisa menggembangkan kemampuan dan kekuatan
yang ada didalam dirinya sendiri sedangkan jiwa yang tidak sehat adalah dia
yang sedang terganggu jiwanya dan anti terhadap situasi social. Dan teori yang
terkenal adalah teori hierarki kebutuhan yang menjelaskan lima macam kebutuhan
manusia yang pada posisi palin bawah terdapat kebutuhan fisiologik (co;makan,minum),
safety need (kebutuhan rasa aman), belongingness and love need (kebutuhan untuk
dimilikidandicintai), esteern needs (kebutuhan hargadiri), self actualization (aktualisasi
diri).
b.
Carl
R rogers
Roger dilahirkan dalam keluarga
besar tradisional yang harmonis di daerah pertanian di Illinois Amerika
Serikat. Dalam pandangannya Roger berpendapat jiwa yang sehat merupakan dia
yang dapat berfungsi sepenuhnya dalam hal ini dia yang terbuka dengan
pengalaman-pengalaman, percaya pada diri sendiri, kreatifitas dan perasaan
bebas. Dia juga mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung
jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi (client-centered
therapy) metode ini menggambarkan bahwa klien mempunyai tingkat kemampuan
kesadaran tertentu dalam menjelaskan masalah yang dihadapinya.
4.
Pendapat Allport
Allport lebih optimistis tentang kodrat manusia
daripada Freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap
manusi, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya.
Seperti di kemukakan, pandangan-pandangan pribadi dan profesional dari Allport
adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu
pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport
adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan
menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah lakumereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah lakumereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang.
5.
Pendapat
Rogers
Rogers adalah salah satu dari banyak ahli yang
mengembangkan teori humanistic dan menentang teori-teori sebelumnya yaitu
psikoanalisis dan behavioristik, orang-orang humanis memandang kedua teori
sebelumnya bersifat “dehumanizing” (melecehkan nilai-nilai manusia).
teori humanistic dipandang sebagai “third force” (kekuatan ketiga) dalam psikologi, kekuatan humanistic ini memiliki minat yang eksklusif terhadap tingkah laku manusia. Humanistic dapat diartikan sebagai “ Orientasi teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan free will (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan dirinya”. Para ahli humanistic memiliki pandangan yang optimistic terhadap hakikat manusia. Mereka meyakini bahwa:
1. Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri;
2. Manusia memilki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan; dan
3. Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional, dan konflik.
Teori Rogers sangat bersifat klinis, karena didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun tentang bagaimana seharusnya seorang terapis menghadapi seorang kliennya. Meskipun terdapat sedikit persamaan dengan Freud, akan tetapi ada perbedaan karena dia menganggap manusia pada hakikatnya baik atau sehat-setidaknya, tidak jahat atau sakit. Dengan kata lain, dia memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan dan persoalan-persoalan kemanusiaan lainnya, sebagai penyimpangan dari kecenderungan alam. Perbedaan lainnya adalah teorinya relatif lebih sederhana ketimbang teori Freud.
teori humanistic dipandang sebagai “third force” (kekuatan ketiga) dalam psikologi, kekuatan humanistic ini memiliki minat yang eksklusif terhadap tingkah laku manusia. Humanistic dapat diartikan sebagai “ Orientasi teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan free will (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan dirinya”. Para ahli humanistic memiliki pandangan yang optimistic terhadap hakikat manusia. Mereka meyakini bahwa:
1. Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri;
2. Manusia memilki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan; dan
3. Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional, dan konflik.
Teori Rogers sangat bersifat klinis, karena didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun tentang bagaimana seharusnya seorang terapis menghadapi seorang kliennya. Meskipun terdapat sedikit persamaan dengan Freud, akan tetapi ada perbedaan karena dia menganggap manusia pada hakikatnya baik atau sehat-setidaknya, tidak jahat atau sakit. Dengan kata lain, dia memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan dan persoalan-persoalan kemanusiaan lainnya, sebagai penyimpangan dari kecenderungan alam. Perbedaan lainnya adalah teorinya relatif lebih sederhana ketimbang teori Freud.
6.
Pendapat
Maslow
Abraham Maslow
dikenal sebagai pelopor aliran psikologi
humanistik. Maslow percaya
bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan
hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan
keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan
psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan
bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia.
Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk
mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis
percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan
potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk
membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di
sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari
seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang
dengan masalah kesehatan
mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat
mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan
dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang
mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman
dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga
untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow,
manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang
paling tinggi (aktualisasi
diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai
berikut :
- Kebutuhan fisiologis atau dasar
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
- Kebutuhan untuk dihargai
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari
kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan
harga diri dengan sebutan homeostatis.mudian berhenti dengan sendirinya.
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik
ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri
yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap
kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya
memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.
a. Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
b. Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka [[manusia[[ membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.
c. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai '. Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
d. Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
7. Pendapat Fromm
Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Setelah memperoleh gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar psikoanalisis di Munich dan pada Institut psikoanalisis Berlin yang terkenal waktu itu. Tahun 1933 ia pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di Institut psikoanalisis Chicago dan melakukan praktik privat di New York City. Ia pernah mengajar pada sejumlah universitas dan institut di negara ini dan di Meksiko. Terakhir, Fromm tinggal di Swiss dan meninggal di Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980.
Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The economic philosophical manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Tema dasar ulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia dipisahkan dri alam dan orang-orang lain. Kedaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Berikut ini kita akan mengulas lebih dalam mengenai teori-teori Fromm.
Sebelum mengulas tentang teori kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman mempengaruhi pandangan Fromm, antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita cantik dan berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm sangat terguncang karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa wanita tersebut memilih bunuh diri. Ia juga mengalami sebagai anak dari orangtua yang neurotis. Ia hidup dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan. Ayahnya seringkali murung, cemas, dan muram. Ibunya mudah menderita depresi hebat. Tampak bahwa Fromm tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat. Karena itu, masa kanak-kanaknya merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap tingkah laku neurotis. Peristiwa ketiga adalah pada umur 14 tahun Fromm melihat irrasionalitas melanda tanah airnya, Jerman, tepatnya ketika pecah perang dunia pertama. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman terperosok ke dalam suatu fanatisme sempit dan histeris dan tergila-gila. Teman-teman dan kenalan-kenalannya terpengaruh.
Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The Economic and Philosophical Manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya dan melakukan percobaan yang sintesis. Fromm memandang Marx sebagai pemikir yang lebih ulung daripada Freud dan menggunakan psikoanalisa, terutama untuk mengisi celah-celah pemikiran Marx. Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, sebaliknya berbeda sekali dengan kata-kata pujian yang diberikan kepada Marx pada tahun 1961. Meskipun Fromm deapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian, ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik. Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusastraan, dan filsafat.
Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely).
Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dalam buku-buku Fromm berikutnya (1947, 1955, 1964), dikatakan bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan manusia, entah itu berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan komunisme, semuanya menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia. Kontradiksi yang dimaksud adalah seorang pribadi merupakan bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang sekaligus manusia. Sebagai binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus dipuaskan.
Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, bisa terluka, transendensi, dan kebebasan, nilai-nilai serta norma-norma. Kemudian teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang menghubungkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang dihadapi suatu masyarakat.
Untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan.
Sumber
Schultz,Duane.1991.Psikologi
pertumbuhan.Yogyakarta:Kanisius
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurikhsan.(2008).
Teori Kepribadian. Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA
Hall, Calvin dan dkk. 1993.
Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta: Kanisius
Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi
Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo